Beliau RA berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi daI dan tidak harus menjadi qodli atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.

Saturday, August 27, 2011

Servanthood And What It Is

Servanthood And What It Is
Maulana Shaykh Muhammad Nazim Al-Haqqani Al-Naqshbandi qs


9. Kenalilah Ego Kalian

Semoga Allah SWT tidak meninggalkan kita pada ego kita yang kotor. Waspadailah ego kalian. Dia merupakan musuh terbesar kalian yang memotong jalan kalian menuju Allah SWT. Dia berkata, “Layanilah aku, merunduklah padaku,” dan “tinggalkan segala kemauan dan keinginanmu kecuali yang ditujukan untukku. Akulah segalanya dan engkau adalah budakku.”Ibadah dan puasa adalah untuk mengenyahkan ego kalian. Untuk melemahkannya, kemudian lenyap. Karena selama ego kalian memberi perintah dan kalian mematuhinya, kalian tidak dapat meraih apapun dari Hadirat Ilahi. Hanya ada satu Sultan. Dan kalian pastilah hamba-Nya.

Thariqat adalah suatu pelatihan untuk mencapai akhlak yang baik. Kalian harus melupakan dan memerangi ego kalian, lalu terimalah dan bersuka cita dengan kemauan Tuhan kalian. Jangan pernah lalai dalam mengagungkan Tuhan kalian, kalau tidak kalian akan terbelenggu dengan ego kalian yang kotor itu (bagaikan singa dalam kurungan). Ingat untuk setiap saat kalian lalai, maka kalian hanya menerima kehancuran atau hukuman. Walaupun hanya sekejap, akan datang kutukan atas kalian. Semua orang amat ramah pada egonya. Mereka mengatakan, “Apa yang engkau perintahkan? wahai egoku, wahai sultanku. Apapun yang engkau inginkan, akan kusediakan bagimu. Apapun keinginanmu. Aku adalah hambamu dan engkau adalah sultanku.”Dan pada akhirnya ada mayat dengan bau yang teramat busuk.Ego itu adalah seorang dungu, tetapi dia memperkenalkan dirinya sebagai orang yang sangat berkuasa. Ego mengatakan, “Engkau harus mematuhiku, aku tidak suka sekutu apapun. Aku yang pertama dan juga yang terakhir bagimu. Semua kehormatan dan pujian harus diberikan kepadaku.”Kebanyakan manusia itu pemalas dan selalu menuruti egonya (yang paling malas di antara semua makhluk). Sosok fisik kalian tidak dapat meraih kebesaran dunia, tetapi lain halnya dengan sosok spiritual kalian. Dia dapat meraihnya, bila kita terus memberinya kata-kata surgawi.
Dari semula sejak Allah SWT menciptakan nafsu kita, Allah SWT berfirman, “Majulah,” dan sang ego malah mundur. Itu adalah tabiatnya yang tidak pernah menerima perintah Tuhannya. Allah SWT memberikan kehormatan pada manusia untuk menjadi hamba-Nya, tetapi ego selalu menghalangi kalian untuk menaati Tuhan kalian. Setiap Nabi telah membawa metode dari Allah SWT untuk melatih ego kita agar mengatakan, “Wahai Tuhanku, aku berserah pada-Mu.” Tetapi ego kalian mengatakan kepada Allah SWT, “Tidak!” dan ketika Allah SWT menanyakan ego kalian, “Siapa engkau?!” Ego menjawab, “Aku adalah aku, engkau adalah engkau. Engkau ya engkau, aku adalah diriku sendiri.” Jadi Tuhan Yang Mahakuasa memerintahkan agar dia dimasukkan ke dalam neraka panas selama 1000 tahun, lalu mengeluarkannya dan pertanyaan yang sama diajukan. Dia menjawab, “Engkau ya engkau, dan aku masih yang sama.” Lalu Tuhan memerintahkan agar dia dimasukkan ke dalam neraka dingin selama 1000 tahun, dan setelah itu Allah SWT bertanya lagi, “Siapakah engkau?” tetapi jawabannya masih tetap sama seperti sebelumnya.

Lalu ego dimasukkan ke dalam lembah kelaparan selama 1000 tahun, dan sekali lagi dia dipanggil dan ditanya, dan kali ini dia menjawab, “Engkau adalah Tuhanku, dan aku adalah hamba-Mu.”Ego selalu berkata, “Aku mempunyai sifat ketuhanan, tetapi ketuhanan hanya untuk Allah SWT. Kita semua adalah hamba, tetapi kita tidak pernah mengakuinya!Nabi e membawa perintah Allah SWT untuk berpuasa. Lalu ego muncul dan berkata, “Aku tidak akan mengaku lagi sebagai Tuhan di hadapan-Mu. Aku adalah hamba-Mu yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku.”Barangsiapa tidak dapat mengendalikan dirinya adalah buruk sekali dan berbahaya. Berpuasa melatih kalian untuk mengontrol ego kalian. Sehingga dia akan mendengarkan kalian. Bila kalian mengatakan, “Kerjakanlah,” maka dia akan mengerjakannya. Atau bila kalian mengatakan, “Berhenti!”, ego akan berhenti. Oleh sebab itu, sejak awal hingga akhir puasa merupakan pilar terpenting dalam penghambaan. Tanpa puasa, tak seorang pun dapat menjadi hamba sejati, karena ego kalian selalu menang. Ego selalu memperalat kalian dan berkata, “Turuti aku.” Kendalikanlah diri kalian dan cobalah untuk mengendalikan ego kalian. Semoga Allah SWT mengampuni kita dan memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan ego kita.

Monday, August 22, 2011

Apabila Lelaki Bercinta Dengan Mendahulukan Taqwa

Apabila Lelaki Bercinta Dengan Mendahulukan Taqwa


Apabila Lelaki Bercinta Dengan Mendahulukan Taqwa


Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata: ''Adalah di Kufah terdapat seorang pemuda tampan, dia sangat kuat beribadah dan rajin berkerja. Suatu saat dia berkunjung ke kampung dari Bani Na-Nakha'. Dia melihat seorang wanita cantik dari kalangan mereka sehingga dia jatuh cinta dan kebingungan. Ternyata, si wanita cantik ini berkongsi perasaan yang sama padanya. Kerana sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamar wanita tersebut melalui ayahnya. Tetapi si ayah menyatakan bahawa puterinya telah dijodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tidak terpadam bahkan semakin berkobar-kobar.


Si wanita, akhirnya mengirimkan pesanan melalui temannya untuk si pemuda, surat itu berbunyi : “Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudahkan jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku”. Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya : “'Aku tidak bersetuju dengan dua alternatif itu:


''Sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar.'' [Yunus: 15]


‘Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.'


Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata: ''Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada ALLAH? Demi ALLAH, tidak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertakwa kepada ALLAH dari orang lain. Semua hamba berhak untuk itu.''


Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada ALLAH. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu kepada si pemuda. Tubuhnya mulai kurus kerana menahan perasaan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia kerananya.


Dan si pemuda itu seringkali berziarah ke kuburannya, dia menangis dan mendoakannya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat indah. Dalam mimpi si pemuda sempat bertanya: ''Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal dunia?''


Dia menjawab: ''Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat menggiringku menuju kebaikan''.


Pemuda itu bertanya: ''Jika demikian, kemanakah tujuanmu?''


Dia menjawab: ''Aku sekarang menuju kepada kenikmatan dan kehidupan yang tidak berakhir. Di Syurga yang bersifat kekal serta dapat kumiliki dan tidak akan pernah rosak.''


Pemuda itu berkata: ''Aku berharap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.'' Dia menjawab: ''Demi ALLAH, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku minta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (ALLAH Subhanahu Wa Taala) agar kita nanti dapat dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.''


Si Pemuda bertanya: ''Bilakah aku dapat melihatmu?'' Jawab si wanita: ''Tidak lama lagi kau akan datang melihat kami.'' Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh ALLAH menuju kehadirat-Nya dan dia meninggal dunia.


Sumber: Kisah-Kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi'in, Orang-orang Dahulu dan Sekarang, Syaikh Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi, Darul Haq


Begitulah hebatnya penangan cinta, ia mampu mendekatkan diri kepada ALLAH atau langsung menderhakai ALLAH akibat bertuhankan nafsu.


Perasaan cinta ini melanda setiap jiwa samada remaja atau mereka yang telah berusia. Saidina Umar Al-Khattab R.A, daripada seorang yang tiada belas kasihan, kepada seorang yang penyayang, bahkan menyayangi Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassalam melebihi dirinya sendiri. Taubat Malik bin Dinar, melakar sejarah baru dalam dunia kesufian, takkala si dia yang mabuk dengan kepalsuan “wanita” dan “khamar”, lantas berubah menjadi seorang yang mabuk dalam lautan cinta Ilahi. Taubatnya Rabiatul Adawiyah, merubah hidupnya dari seorang hamba kepada seorang hamba, kepada seorang yang merdeka di persada kehambaan sejati.


Taubat, adalah penyembuh kepada kesakitan yang dirasai insan. Walaupun dosa lampau dilakukannya masih dingati oleh manusia kebanyakkan, dia tidak sesekali berundur daripada menikmati kecintaan mulia yang ditemuinya kini. Kejujuranlah yang membezakan taubat insan terus berpaling daripada kemaksiatan.


Kita pilih untuk sakit dengan mencintai duniawi. Apa yang perlu kita cintai ialah pertemua abadi bersama ILAHI Rabbi. Dunia tidak pernah menjanjikan sebarang keabadian bahagia. Jika kita lengkap memiliki sijil, ijazah sarjana muda, sarjana dan doktor falsafah belum menjadi bukti meyakinkan bahawa kita bakal terselamat daripada tipu daya dunia. Barangkali tipuannya berupa syak, lagak dan taksub. Sehingga menidakkan ulama yang diejek sebagai ketinggalan dan usang. Kadangkala kita berusaha untuk dihargai oleh manusia dan membiarkan penghargaan maha agung daripada ALLAH Yang Mencipta.


Ku disedarkan kini, cinta yang ku cari ialah penerimaan ILLAHI. Dia mencintai tanpa perlu aku membalas kembali. Cinta NYA tidak pernah kenal kehinaan yang dimiliki oleh para hamba NYA. Walau dikhianati, DIA tetap mencintai hamba NYA yang mahu kembali.


Kejahilan, jauh dari pencinta keilmuan menjadi punca utama seseorang berbuat dosa tidak merasakan maksiat kepada Tuhannya. Pendosa jahil tidak mengenali dirinya, bahkan dia disibukkan untuk mencintai insan lain tanpa mengakui hakikat Tuhannya. Barangkali, apabila dia mengenali ALLAH, tidak mungkin tergamak dia mengkhianati cinta paling agung ini.


WALLAHU’alam

"وصلى اللّه على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم"
Al-Haqir ila ALLAH Al-Ghaniy:
Al-Mukminun
8 Syaaban 1432H / 09072011

Saturday, August 20, 2011

Amalan 10 Malam Terakhir Ramadhan

Antara amalan Nabi SAW apabila mendekati 10 malam terakhir Ramadan adalah:
1. Melakukan qiamullail;
2. Menggerakkan keluarga untuk solat malam pada malam itu;
3. Tidak mendatangi isteri (daripada melakukan jimak);
4. Mandi antara Maghrib dan Isyak;
5. Iktikaf dalam masjid.
Aisyah meriwayatkan bahawa Nabi SAW tidak sentiasa melakukan ibadat pada 10 yang terakhir Ramadan dengan cara yang tidak pernah dilakukan pada waktu selainnya. (Riwayat Muslim)
Dalam hadis ini nabi memberikan penumpuan khusus kepada malam terakhir Ramadan untuk merebut peluang mendapat lailatul qadar yang disifatkan Allah dalam ayat ke-3 surah al-Qadar sebagai: “Lailatulqadar lebih baik daripada 1,000 bulan.”
Demikian pula dalam hadis sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim, maksudnya: “Sesiapa mengerjakan ibadah pada lailatulqadar kerana imannya kepada Allah dan mengharapkan keredaan-Nya, diampunkan dosanya yang lalu”.
Diriwayatkan al-Tabarani daripada Ali bahawa Nabi SAW mengejutkan keluarganya pada 10 hari terakhir di kalangan yang kecil dan besar dan yang dewasa yang mampu melakukan solat.
Dalam sesetengah riwayat apa yang sangat dituntut ke atas Muslim ialah menggerakkan keluarga pada malam ganjil seperti 21, 23, 25, 27 dan 29 kerana mengharapkan lailatulqadar. Pada malam pilihan seperti ini, Nabi SAW menurut riwayat Anas dan Aisyah, menjauhi hubungan suami isteri untuk berada di masjid bertujuan melakukan iktikaf sama ada mendirikan solat sunat, beristighfar dan sebagainya.
Persiapan Nabi SAW untuk menghadapi iktikaf juga harus kita contohi. Ibn Abi Ashim meriwayatkan daripada Abu Huzaifah Nabi SAW pernah mandi sebelum beriktikaf dengan dilindungi Abu Huzaifah. Kemudian Abu Huzaifah mandi dan Baginda menjadi dindingnya. Inilah sebabnya sahabat gemar mandi setiap malam antara Maghrib dan Isyak sebelum ke masjid untuk iktikaf.
Ulama Islam berbeza pandangan mengenai pelaksanaan qiamullail antara menghidupkan keseluruhan malam ataupun sebahagiannya saja. Abu Jakfar Muhammad Ali mengatakan Rasulullah menghidupkan sebahagian daripada malam, bukan sepanjang malam. Demikian juga Imam al-Syafi’iy dan amal ahli Madinah menyokong pendapat itu.
Ini berpandukan hadis riwayat Aisyah Nabi tidak pernah solat malam hingga ke Subuh tanpa berehat. Sesetengah ulama meringankan persoalan qiam sehingga mengatakan seseorang dianggap melakukan qiamullail disebabkan kesungguhannya bersolat jemaah Isyak dan Subuh. Ini berdasarkan riwayat dalam al-Muwatthak daripada Ibn Musayyib yang berkata, maksudnya: “Sesiapa yang menghadiri solat Isyak dengan berjemaah, sesungguhnya dia memperoleh bahagiannya daripada malam itu.”
Dalam riwayat daripada Imam al-Syafi’iy menyatakan: “Sesiapa yang solat Isyak dan Subuh berjemaah, dia mengambil bahagiannya daripada bulan itu.” Ibn Abi Dunya daripada Abu Jakfar Muhammad Ali meriwayatkan Nabi SAW bersabda: “Sesiapa yang datang kepadanya Ramadan, lalu dia berpuasa siangnya, solat Tarawih pada malamnya, menahan matanya daripada melihat perkara haram, menjaga kemaluannya, lidah dan tangannya dan sentiasa berusaha untuk solat berjemaah dan Jumaat, maka dia sudah memperoleh lailatulqadar dan pahala Allah SWT yang tidak ternilai harganya.”
Ringkasnya sekurang-kurang usaha membangunkan malam ataupun qiamullail untuk mendapat kelebihan lailatulqadar ialah melakukan solat Isyak dan subuh berjemaah bagi lelaki.
Bagi wanita khasnya yang uzur kerana haid dan nifas, masih mampu memperoleh lailatulqadar dengan melakukan ketaatan seperti beristighfar, berzikir, berselawat, mempertingkatkan sedekah dan mengamalkan doa yang dianjurkan Nabi kepada Aisyah iaitu: “Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Tuhan yang maha pengampun, Engkau gemar memberikan keampunan, maka ampunkan aku.”
Dalam tafsir Hasyiah al-Sawiy ‘alal Jalalain, al-Sawi berkata, doa paling penting yang dituntut ke atas kita mengamalkannya adalah memohon keampunan dan keafiatan seperti disarankan Nabi SAW.
Dalam zikir, kita mengucapkan: “Tiada Tuhan melainkan Allah yang sangat besar kemurahan-Nya, lagi sangat pemurah. Maha suci Allah SWT, yang memiliki tujuh petala langit dan Tuhan yang memiliki Arasy yang maha agung (tiga kali), maka sesungguhnya dia sudah mendapatkan lailatul qadar.”
Selain itu, sebagai tambahan bagi lelaki dan perempuan yang inginkan lailatulqadar terdapat amaran tegas daripada Nabi SAW seperti riwayat Ibn Abbas bermaksud: “Sesungguhnya Allah akan memerhatikan orang beriman daripada kalangan umat Nabi Muhammad, lalu dimaafkan bagi mereka dan dirahmati melainkan empat golongan iaitu peminum arak, penderhaka ibu bapa, orang selalu bertengkar dan orang memutuskan silaturahim.”

Monday, August 15, 2011

Bidadari Bumi,

Wahai…

Menemukanmu adalah semburat fajar

Kala pekat malam kukira takkan usai

Wahai…

Mendapatimu adalah guyuran hujan

Kala kebun jiwa kurasa mengering perlahan

Maka, Wahai…

Kumohon jangan berpaling

Sebab kupinta engkau jadi cahaya

Hingga tak sesat aku mengeja langkah

Tuk selusuri jalan gelap menuju – Nya

Atau kuharap engkau membentang sayap

Mengantar aku ke puncak Surga

Kala ruhku merindu Sang Pencipta

( Hubabah Halimah Al Alaydrus , Bidadari Bumi, 2009 )

Saturday, August 13, 2011

Nasehat Al-Habib ‘Umar bin Muhammad bin Hafidz



Diantara Nasihat dan kalam beliau
Janganlah kalian menyia-nyiakan persahabatan dengan orang-orang mulia, yaitu
orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi [di sisi Allah], orang-orang yang cahayanya berkilauan.
Demi Allah, memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian, bagaimana sifat kerugian tersebut jika pemimpin mereka (Rasulullah) bersabda, “Celakalah orang yang pada hari kiamat tidak melihatku.”
Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum sholihin tak akan bisa melihat beliau saw. Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang beliau saw.
Dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan beliau saw. Karena kaum sholihin adalah bagian dari beliau saw, pewarisnya, para khalifahnya, pemegang sir-nya.
Merekalah pemegang sir setelah nabi.
Merekalah pewaris, semulia-mulia pewarisnya.
Mereka itu seperti Sayyidina Abdullah Al-Haddad yang telah disifatkan oleh Sayidina Ali bin Muhammad Al-Habsyi dalam qashidahnya :
“Karena dia sejuklah mata hati Nabi Muhammad.
Bagi beliau ia adalah sebaik-baik keturunannya,
panutan para pengikut, ka’bah orang yang meniti jalan,
dan kebanggaan penduduk desanya.
Nasihat-nasihatnya menebarkan pengetahuan.
Menghinakan si sesat dan si pembuat kerusakan.
Kasih sayangnya meliputi semua umat.
Darinya mereka mengambil manfaat
dengan sebaik-baik pengambilan manfaat.”
“Dialah cucu yang bersambung nasabnya dengan
orang-orang mulia yang kemuliaan mereka
dikenal para pejuang dan pemberani.
Dialah penyalur asrar dan ilmu mereka
kepada keluarga dan anak keturunannya.
Maka semua yang bersuluk setelahnya
bersinar dengan cahaya beliau yang benderang.”
Cahaya ini tak akan padam. Mengapa? Sebab Allah-lah yang menyalakannya! Itulah sebabnya! Tak ada sebab lain.
Siapakah yang mampu memadamkan cahaya yang telah
dinyalakan oleh Allah SWT?   Demi Allah, cahaya itu tak akan padam!
Tetapi, betapa menyedihkan, di antara kita terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu, yaitu orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan mereka. Mereka masuk ke dalam kelompok lain. Habib Ali berkata:
“Siapa tak menempuh jalan leluhurnya
pasti akan bingung dan sesat.
Wahai anak-cucu nabi, tempuhlah jalan mereka.
tapak demi tapak
dan jauhilah segala bid’ah.”
Siapakah yang lebih mengenal Allah dibanding kaum arifin? Dibanding para imam kita? Siapakah yang lebih mengenal Rasul SAW dibanding mereka?
Wahai hamba-hamba Allah, pelajarilah riwayat hidup kaum sholihin. Jalinlah persaudaraaan dan kasih sayang di antara kalian. Bersiaplah menolong jalan mereka.
Demi Allah, jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar, bukan di negara kalian saja, namun di seluruh penjuru dunia, timur maupun barat, Arab maupun Ajam, Amerika, Eropa maupun Rusia.
Di sana bendera keluarga Sayyidina Habib Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir akan berkibar, bendera ahli thoriqoh ini. Mereka memiliki para penolong yang berkedudukan tinggi. Namun mereka yang tidur, nyenyak dalam tidurnya; yang duduk berpangku tangan, terus duduk saja. Cukup sudah orang yang terlambat dan tertinggal. Bangkitlah dengan sidq. Amatilah, apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan di rumah kalian.
Bagaimana kalian ini?! Kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka,
namun di rumah kalian tiap hari yang terdengar hanya berita mengenai orang-orang kafir, orang-orang fasik dan para bintang film?! Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf!
Namun saat ini sinetron, wanita-wanita fasik dan kafirlah yang mendidik anak-anak kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasik di TV sehingga mereka tak kenal lagi Fatimah Zahra, bagaimana beliau, bagaimana pakaiannya, bagaimana kezuhudannya, bagaimana ibadahnya. Mereka tidak lagi mengenal putri-putri nabi: Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu istri-istri nabi: Khodijah binti Khuwailid, Aisyah As-Shiddiqah, dll.
Kalian meniru orang-orang durhaka padahal kalian muslim, mukmin, memiliki kebesaran, kebanggaan dan kemuliaan. Kalian mengganti teladan yang telah diridhoi Allah untuk kalian:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik. (QS Al-Ahzab, 33:21)
Apakah kalian berniat mengganti Rasulullah dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian?
Wahai saudaraku, dalam buku catatan amal tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak, dan niat yang tidak pantas, siapakah yang akan menghapusnya? Bertobatlah kepada Allah.
Dan Dia-lah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan. (QS Asy-Syuura, 42:25)

Tuesday, August 9, 2011

Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Sepuluh Keutamaan orang-orang yang berpuasa

Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Sepuluh Keutamaan orang-orang yang berpuasa
Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki atau yang akrab dipanggil Abuya ini adalah salah seorang ulama kenamaan dari Timur-Tengah, khususnya di Arab Saudi. Karisma besarnya tidak hanya berhenti di sana tapi sudah masuk ke Asia lebih-lebih di tanah air. Murid-muridnya bertebaran di perbagai penjuru nusantra meramaikan lalu-lintas dakwah dengan ilmu-ilmu yang berkualitas. Di Malang sendiri sederet ulama terkemuka lahir dari tangan dinginnya, di antaranya, Habib Shaleh Al Aydarus, Habib Muhammad bin Idrus Al Haddad, Ustadz Husain Abdullah Abdun, dan masih banyak lagi.
Di musim haji kediaman Abuya ramai dikunjungi oleh para jamaah haji guna bertamu dan mengalap barakah dari beliau. Tak jarang beliau memberi uang dan kitab-kitab sebagai oleh-oleh untuk mereka. Kedekatannya dengan ulama tanah air sendiri merupakan warisan ayahnya Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki yang pada masa hidupnya aktif mengajar para santri dari Indonesia. KH. Hasyim Asyari salah satunya.
Kecerdasan Abuya yang luar biasa menempatkan beliau sebagai ulama top yang banyak dirujuk oleh ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah dari seluruh dunia. Tidak berlebihan kiranya bila beliau dinobatkan sebagai ulama sekaligus Imam Ahlus Sunnah wal Jama`ah abad 21 meski beliau menetap di negara berhaluan konservatif (Wahabi) .
Kedalaman ilmunya memang sudah tidak terbantahkan. Ilmu Hadits dan Sirah (sejarah) adalah dua ilmu yang sangat dikuasai olehnya. Dari tangannya lahir sejumlah karya brilian yang banyak diajarkan, dikutip oleh para dai, khatib dan diteliti oleh para ahli, mulai santri hingga mahasiswa. Karya-karya Abuya yng ditinggalkan sebagai warisan intelektual untuk umat sangat banyak, antara lain Mafâhîm Yajibu an Tushahhah, Abwâbul Faraj, Al Manhalul Latîf, Khasâisul Ummatil Muhammadiyah, Al Qawâid Al Asasiyyah fi Ulûmil Qur`ân, Wahuwa fil Ufuqil A`lâ, Târîkhul Hawâdits an Nabawiyyah, Syarhu Mandzûmatil Waraqât, Qul Hâdzihi Sabilî.
Abuya mendapat perhatian yang besar dari umat Islam karena kejeliannya menangkap beberapa keutamaan-keutamaan umat Nabi Muhamad dibanding umat-umat terdahulu. Usahanya menguak kemuliaan orang-orang yang berpuasa dari umat Muhammad terlihat nyata dalam pembahasan pada salah satu kitabnya yang terkenal, Khasâisul Ummatil Muhammadiyah. Beliau mencoba membuat ringkasan rapi tentang puasa bertitik tolak dari Al Quran dan As Sunnah.
Abuya menorehkan sepuluh keutamaan orang-orang yang berpuasa yang ada pada umat ini.
Pertama, Allah memberikan keistimewaan kepada umat yang berpuasa dengan menyediakan satu pintu khusus di surga yang dinamai Al Rayyan. Pintu surga Al Rayyan ini hanya disediakan bagi umat yang berpuasa. Kata Nabi dalam satu haditsnya, pintu Rayyan hanya diperuntukkan bagi orang-orang berpuasa, bukan untuk lainnya. Bila pintu tersebut sudah dimasuki oleh seluruh rombongan ahli puasa Ramadhan, maka tak ada lagi yang boleh masuk ke dalamnya. (HR. Ahmad dan Bukhari-Muslim)
Kedua, Allah telah mengfungsikan puasa umat Nabi Muhammad saw sebagai benteng yang kokoh dari siksa api neraka sekaligus tirai penghalang dari godaan hawa nafsu. Dalam hal ini Rasul bersabda, “Puasa (Ramadhan) merupakan perisai dan benteng yang kokoh dari siksa api neraka.” (HR. Ahmad dan Al Baihaqi). Rasul menambahkan pula bahwa puasa yang berfungsi sebagai perisai itu layaknya perisai dalam kancah peperangan selama tidak dinodai oleh kedustaan dan pergunjingan. (HR. Ahmad, An Nasa`i, dan Ibnu Majah).
Ketiga, Allah memberikan keistimewaan kepada ahli puasa dengan menjadikan bau mulutnya itu lebih harum dari minyak misik. Sehingga Rasul bertutur demikian, “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih semerbak di sisi Allah dari bau minyak misik.”
Keempat, Allah memberikan dua kebahagiaan bagi ahli puasa yaitu bahagia saat berbuka dan pada saat bertemu dengan Allah kelak. Orang yang berpuasa dalam santapan bukanya meluapkan rasa syukurnya dimana bersyukur termasuk salah satu ibadah dan dzikir. Syukur yang terungkap dalam kebahagiaan karena telah diberi kemampuan oleh Allah untuk menyempurnakan puasa di hari tersebut sekaligus berbahagia atas janji pahala yang besar dari-Nya. “Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan. Yaitu berbahagia kala berbuka dan kala bertemu Allah,” kata Rasul dalam hadits riwayat imam Muslim.
Kelima, puasa telah dijadikan oleh Allah sebagai medan untuk menempa kesehatan dan kesembuhan dari beragam penyakit. “Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat.” (HR. Ibnu Sunni dan Abu Nu`aim).
Abuya menegaskan bahwa rahasia kesehatan di balik ibadah puasa adalah bahwa puasa menempah tubuh kita untuk melumatkan racun-racun yang mengendap dalam tubuh dan mengosongkan materi-materi kotor lainnya dari dalam tubuh.
Menurut kerangka berpikir Abuya, puasa ialah fasilitas kesehatan bagi seorang hamba guna meningkatkan kadar ketaqwaan yang merupakan tujuan utama puasa itu sendiri. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqarah: 183).
Keenam, keutamaan berikutnya yang Allah berikan kepada ahli puasa adalah dengan menjauhkan wajahnya dari siksa api neraka. Matanya tak akan sampai melihat pawai arak-arakan neraka dalam bentuk apapun juga. Rasul yang mulia berkata demikian, “Barangsiapa berpuasa satu hari demi di jalan Allah, dijauhkan wajahnya dari api neraka sebanyak (jarak) tujuh puluh musim.” (HR. Ahmad, Bukhari-Muslim, dan Nasa`i).
Ketujuh, dalam Al Quran Allah berfirman, “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (Qs. At Taubah: 112).
Sebagian ulama ahli tafsir menerangkan bahwa orang –orang yang melawat (As Saihuun) pada ayat tersebut adalah orang yang berpuasa sebab mereka melakukan lawatan (kunjungan) ke Allah. Makna lawatan, tegas Abuya, di sini adalah bahwa puasa merupakan penyebab mereka (orang yang berpuasa) bisa sampai kepada Allah. Lawatan ke Allah ditandai dengan meninggalkan seluruh kebiasaan yang selama ini dilakoni (makan, minum, mendatangi istri di siang hari) serta menahan diri dari rasa lapar dan dahaga.
Sembari mengutip Al Quran pula, Abuya mencoba menganalisa surah Az Zumar ayat 10: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” Kata Al Maliki, orang-orang yang bersabarlah maksudnya adalah orang yang berpuasa sebab puasa adalah nama lain dari sabar. Di saat berpuasalah, orang-orang yang bersabar (dalam beribadah puasa) memperoleh ganjaran dan pahala yang tak terhitung banyaknya dari Dzat Yang Maha Pemberi, Allah swt.
Kedelapan, di saat puasa inilah Allah memberi keistemewaan dengan menjadikan segala aktifitas orang yang berpuasa sebagai ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Karenanya, orang yang berpuasa dan ia meninggalkan ucapan yang tidak berguna (diam) adalah ibadah serta tidurnya dengan tujuan agar kuat dalam melaksanakan ketaatan di jalan-Nya juga ibadah. Dalam satu hadits riwayat Ibnu Mundih dinyatakan, “Diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, tidurnya merupakan ibadah, dan doanya akan dikabulkan, serta perbuatannya akan dilipatgandakan (pahalanya).”
Kesembilan, di antara cara yang Allah kenakan dalam memuliakan orang yang berpuasa, bahwa Allah menjadikan orang yang memberi makan berbuka puasa pahalanya sama persis dengan orang yang berpuasa itu sendiri meski dengan sepotong roti atau seteguk air. Dalam satu riwayat Nabi bertutur seseorang yang memberi makan orang yang puasa dari hasil yang halal, akan dimintakan ampunan oleh malaikat pada malam-malam Ramadhan…… meski hanya seteguk air. (Hr. Abu Ya`la).
Kesepuluh, orang yang berbuka puasa dengan berjamaah demi melihat keagungan puasa, maka para malaikat akan bershalawat (memintakan ampunan) baginya.
Sumber Habib Ali Akbar bin Aqil
Lain-lain Artikel berkaitan Ramadhan : http://pondokhabib.wordpress.com/category/ramadhan/

Monday, August 8, 2011

Cinta

Syeikh Abul Hasan Asy-Asyadzily

Beliau r.a. menceritakan dari gurunya: Tekunilah bersuci dari kesyirikan; setiap kali berhadas, maka kamu bersuci; jangan sekutukan Allah dengan sesuatu pun. Dan dari noda cinta dunia; setiap kali condong kepada suatu syahwat, kamu meluruskan
dengan tobat apa yang telah atau hampir dirusak oleh hawa nafsu.

Kamu harus mencintai Allah Swt. dalam pengagungan dan kesucian. Biasakanlah minum dengan gelas-Nya (sekaligus) bersama kemabukan dan kesegaran: Setiap kali tersadar atau terbangun, teruslah minum sehingga jadilah mabukmu dan segarmu dengan-Nya. Hingga kamu lenyap dengan keindahan-Nya dari cinta dan dari minuman, kemuliaan, dan gelas, dengan apa yang tampak bagimu dari cahaya keindahan-Nya dan kegungan-Nya yang suci dan sempurna.
Barangkali aku berbicara kepada orang yang tidak mengenal cinta dan minuman, minum, gelas, kemabukan, maupun kesegaran. Seseorang berkata kepadanya, “Benar. Berapa banyak orang yang tenggelam dalam sesuatu, tetapi ia tidak mengetahui ketenggelamannya. Karena itu, kenalkanlah kepadaku dan ingatkan aku terhadap apa yang tidak aku ketahui atau terhadap apa yang telah Dia anugerahkan kepadaku sedangkan aku lalai.”
Aku berkata kepadanya, “Baiklah. Cinta adalah pikatan dari Allah terhadap hati hamba yang mencinta dengan apa yang Dia singkapkan untuknya dari keindahan-Nya, kesucian kesempurnaan keagungan-Nya, cahaya-cahaya dengan cahaya-cahaya, nama-nama dengan nama-nama, sifat-sifat dengan sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan dengan perbuatan-perbuatan (af’al). Dan menjadi luas pandangan padanya bagi orang yang Allah kehendaki.
Minum adalah penuangan hati, sendi-sendi, dan nadi-nadi dari minuman ini hingga memabukkan. Dan minum itu adalah dengan pelatihan demi pelatihan dan pembersihan (pendidikan). Karena itu, masing-masing dituangkan sesuai dengan kadarnya, Sebagian mereka dituangkan tanpa media atau perantara, Allah Swt. yang menangani hal ini untuknya. Sebagian lagi dituangkan dari sudut media-media dengan perantara-perantara seperti malaikat, para ulama, tokoh-tokoh besar dari kalangan muqarrabin (dekat kepada Allah). Dan, sebagian lagi bahkan mabuk dengan menyaksikan gelas sebelum mencicipinya sedikit pun. Bagaimana adanya menurutmu setelah mencicipi, setelah minum, setelah puas, setelah mabuk dengan minuman? Kemudian, kesegaran setelah itu di atas ukuran-ukuran yang berbeda sebagaimana kemabukan demikian juga halnya.
Gelas adalah makrifat kepada al-Haqq. Dia mengerjakan minuman yang suci murni lagi jernih itu kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-Nya yang diberikan kekhususan di antara para makhluk-Nya. Maka, kadang-kadang peminum menyaksikan gelas itu secara bentuk lahir, kadang-kadang menyaksikan nya secara maknawi, dan kadang-kadang menyaksikan nya secara ilmiah. Bentuk adalah jatah fisik badan dan nafsu, maknawi adalah jatah akal dan hati, dan ilmiah adalah jatah bagian roh dan sir (matabatin). Oh duhai minuman, betapa lezatnya.
Sungguh beruntung orang yang meminum darinya, senantiasa terus-menerus, dan tidak diputus darinya. Maka, kita memohon kepada Allah semoga mendapatkan karunia-Nya. Itu adalah karunia Allah, Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan, Allah memiliki karunia yang sangat besar.
Kadang-kadang jemaah para pencinta berkumpul lalu minum dituangkan kepada mereka dari satu gelas. Kadang-kadang dituangkan kepada mereka dari gelas-gelas yang banyak. Kadang-kadang dituangkan kepada seorang saja dengan satu gelas dan beberapa gelas. Kadang-kadang minuman berbeda sesuai dengan jumlah gelas. Dan kadang-kadang juga berbeda minumnya padahal dari satu gelas, meskipun banyak orang yang telah minum darinya.
Beliau juga ditanya tentang cinta. Beliau menjawab, “Cinta adalah pikatan dari Allah untuk hati hamba-Nya dari setiap sesuatu selain-Nya. Sehingga kamu melihat ego condong kembali ketaatan terhadap-Nya, akal berbenteng dengan maghfirah-Nya, roh terpikat di dalam hadirat-Nya, dan matabatin tercurah dalam musyahadah kepada-Nya. Dan hamba selalu minta tambah, lantas ditambahkan dan meminta dibukakan dengan apa yang lebih manis dari kelezatan munajat-munajat kepada-Nya, lantas dia dibusanai perhiasan-perhiasan pendekatan diatas permadani kedekatan. ltulah yang dinamakan pikiran-pikiran hakikat dan kekokohan ilmu. Oleh karena itu, mereka mengatakan: ‘Para wall Allah itu pengantin-pengantin.’
Seseorang berkata kepadanya, “Sungguh aku telah mengetahui cinta. Lalu, apa minuman cinta, apa gelas cinta, siapa penuang, bagaimana rasanya, siapa peminum, apa kepuasan, apa kemabukan, dan apa kesegaran?” Beliau r.a. menjawab, “Minuman adalah cahaya yang bersinar tajam dari keindahan Kekasih. Gelas adalah kelembutan yang menyampaikan hal itu ke mulut-mulut hati. Penuang adalah Yang Menangani bagi orang istimewa paling agung, dan orang-orang saleh dari para hamba-Nya, Dialah Yang Maha Mengetahui segala ukuran dan kemaslahatan para kekasih-Nya.
Siapa yang disingkapkan untuknya keindahan itu dan menikmatinya dalam satu napas atau dua napas kemudian dibentangkan tirai atasnya, maka dialah pencicip yang merindu, Siapa yang berlangsung baginya hal tu selama satu jam atau dua jam, maka dia adalah peminum sejati. Dan, siapa yang berkelanjutan padanya perkara itu dan penuangan minuman berlangsung terus hingga tenggorokan penuh dan sendi-sendinya dari cahaya-cahaya Allah yang tersimpan, maka itulah kepuasan. Dan, karena ia kehilangan indra dan pikiran, sehingga dia tidak tahu apa yang dikatakan dan apa yang ia katakan, maka itulah kemabukan.
Dan kadang-kadang gelas-gelas beredar di seputar mereka, keadaan mereka pun berbeda-beda. Mereka dikembalikan kepada zikir, keadaan-keadaan, dan ketaatan-ketaatan, serta mereka tidak berhasil dalam menggapai sifat-sifat bersama berdesakannya takdir. Maka, ilmu lah waktu kesegaran mereka, keluasan pandangan mereka, dan bertambahnya amal mereka. Maka, dengan bintang-bintang ilmu dan purnama tauhid, mereka mendapat petunjuk di malam mereka. Dengan matahari-matahari makrifat mereka memperoleh cahaya. Mereka itulah partai Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itu golongan yang menang.

Monday, August 1, 2011

Beberapa Isu Lupa Sewaktu Berpuasa Ramadhan

Oleh : Mufti Brunei


BEBERAPA ISU LUPA SEWAKTU BERPUASA RAMADHAN
( Bilangan 291)

بسم الله ، والحمد لله ، والصلاة والسلام على رسول الله ، وعلى آله وصحبه ومن والاه

(Dengan nama Allah, Segala puji bagi Allah, Selawat dan salam ke atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut Baginda)

Puasa Ramadhan merupakan satu tuntutan fardhu ‘ain yang wajib dikerjakan oleh setiap orang Islam yang mukallaf. Mengerjakan ibadah puasa itu, sudah setentunya kita berusaha dan mengharap agar ia terlaksana dengan sebaik-baiknya.

Walau bagaimanapun, disebabkan ada kelemahan-kelemahan tertentu sesuai dengan sifat semula jadi manusia, kita mempunyai keterbatasan untuk memastikan apa yang dilakukan itu benar-benar terpelihara daripada perkara-perkara yang boleh menjejaskan ataupun mempengaruhi kesempurnaan ibadah yang dikerjakan.

Umpamanya sifat lupa, ia boleh menyebabkan tertinggal pada melakukan perkara-perkara yang disuruh, dan ia juga boleh mengakibatkan terlanjur pada berbuat perkara-perkara yang
dilarang.

Lupa di sisi syariat Islam, walaupun pada dasarnya merupakan suatu keuzuran yang dapat mengecualikan seseorang itu daripada dosa, tetapi ia bukan bererti seseorang itu terlepas daripada taklif atau tanggungan sama sekali. Ini kerana ada tanggungjawab ataupun gantian lain yang masih perlu dilakukan semasa di dunia. Khusus dalam ibadah puasa, ada keadaan lupa yang dimaafkan dan ada juga yang menyebabkan puasa itu tidak sah dan perlu diqadha.
Antaranya ialah:

(1) Niat Puasa

Niat adalah salah satu rukun puasa. Ia wajib dilakukan pada setiap malam bulan Ramadhan, iaitu setelah terbenam matahari sehingga sebelum terbit fajar Shadiq.

Jika sesorang itu terlupa untuk berniat puasa pada waktu tersebut, maka puasanya tidak sah. Sabda Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wasallam:

Maksudnya:
“Barangsiapa yang tidak berniat puasa sebelum terbit fajar shadiq maka tidak ada puasa baginya.”
(Hadits riwayat an-Nasa’ie)

Jika seseorang itu lupa berniat puasa untuk keesokan harinya, maka wajib ke atasnya imsak iaitu menahan diri daripada makan, minum dan lain-lain perkara yang membatalkan puasa serta wajib ke atasnya mengqadha puasa tersebut.

Dalam hal ini, di samping kita diwajibkan berniat puasa pada tiap-tiap hari, kita digalakkan juga berniat puasa untuk satu bulan penuh di awal bulan Ramadhan. Ini bertujuan untuk berjaga-jaga, kalau-kalau kita terlupa berniat pada malammalam berikutnya dengan bertaqlid kepada mazhab Imam Malik. Contoh lafaz niat satu bulan penuh itu ialah:

Ertinya:
“Sahaja aku puasa bulan Ramadhan seluruhnya pada tahun ini kerana Allah Ta‘ala.”
Berniat satu bulan penuh hendaklah dilakukan pada malam pertama puasa sahaja. Tidak dikira niat sebulan penuh itu jika ia dilakukan pada malam berikutnya seperti berniat pada hari kedua puasa.

(2) Makan Atau Minum

Batal puasa apabila seseorang itu makan atau minum dengan senghaja di siang hari puasa. Wajib ke atasnya imsak di hari tersebut dan mengqadhanya.

Adapun jika makan atau minum (sama ada banyak atau sedikit) disebabkan lupa adalah tidak membatalkan puasa. Perkara ini disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:

Maksudnya:
“Sesiapa yang lupa lalu dia makan atau minum sedang dia berpuasa, maka sempurnakanlah puasanya. Sesungguhnya Allah telah memberikannya makan dan minum.”

(Hadits riwayat Muslim)

(3) Bersetubuh

Orang yang berpuasa jika dia melakukan persetubuhan di siang hari bulan Ramadhan dengan senghaja adalah berdosa. Di samping wajib ke atasnya mengqadha puasa tersebut, wajib juga ke atasnya membayar kaffarah dengan mengikut tertibnya iaitu: membebaskan hamba yang mukmin, jika tiada diperolehinya maka berpuasa dua bulan berturut-turut, dan jika tiada terdaya olehnya maka memberi makan 60 orang miskin atau fakir.

Adapun jika seseorang yang berpuasa itu bersetubuh di siang hari bulan Ramadhan disebabkan lupa, maka puasanya tidak batal. Ini sama halnya dengan makan atau minum disebabkan lupa. Demikian juga, tidak wajib ke atasnya membayar kaffarah disebabkan lupa itu.

Oleh itu, kita hendaklah berwaspada dan sentiasa berhati-hati khususnya dalam perkara niat puasa, agar tidak terlupa untuk berniat di malam hari. Ini kerana lupa untuk berniat puasa
Ramadhan akan menyebabkan puasa tidak sah dan wajib diqadha.

Semoga penjelasan yang telah dihuraikan ini akan menjadi panduan kepada kita agar mencapai kesempurnaan puasa.